COMMUNITY OF AL-AMIN, Ngak inguk, Pucanganom, Giritontro, Wonogiri, Menjalin Semangat Ukhuwah Dan Persaudaraan ( Statement of Mr. MUHAMMAD FATA FIRDAUS ) Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Ghoffuur, INDONESIA IS MY LOVE, monggo para sedherek sedaya sami mbudidoyo ngupadi rahmat saha ridhonipun Gusti Alloh SWT
Mohon maaf, silakan terlebih dahulu untuk KLIK tombol BUKA di bawah ini :
Perkenalkan, saya MUHAMMAD FATA FIRDAUS. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas dan kemajuan blog saya.

Minggu, 08 Juli 2012

Dusun Ngak inguk Juara II Turnamen Volly 2012 antardusun Desa Pucanganom

Bertempat di lapangan bola dusun Kuwang hari ini Ahad 8 Juni 2012 berlangsung turnamen bola volley antardusun Desa Pucanganom Kec. Giritontro. Peserta turnamen terdiri dari 17 dusun. Pada dua spanduk yang terpasang di sebelah selatan lapangan ada kata-kata yang menarik, yakni :"SELAMAT BERTANDING JAGA SPORTIFITAS, MY GAME IS FAIR PLAY", spanduk yang satunya berbunyi :"JAGA SPORTIFITAS DAN PROFESIONALISME". Tampaknya semangat yang melandasi turnamen volley tahun 2012 ini adalah sesuatu yang harus selalu dibangkitkan dan harus menjadi karakter masyarakat, utamanya generasi muda, seperti yang terlihat pada spanduk tersebut. Hasil finalnya adalah:
Juara I   dusun Sukoroyom Wetan
Juara II  dusun Ngak inguk
Juara III dusun Mandeyan




Rabu, 04 Juli 2012

Amalan Sunah Ketika Sya’ban

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Apakah ada amalan khusus ketika Sya’ban? Mohon pencerahannya.
Dari: Ariqqa

Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Ada beberapa hadis shahih yang menunjukkan anjuran amal tertentu di bulan Sya’ban, di antara amalan tersebut adalah:
Pertama, memperbanyak puasa sunnah selama bulan Sya’ban
Ada banyak dalil yang menunjukkan dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Di antara hadis tersebut adalah:
Dari Aisyah radhiallahuanha, beliau mengatakan,
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Aisyah mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (H.R. Al Bukhari dan Msulim)
Aisyah mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Ummu Salamah radhiallahuanha mengatakan,
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani)
Hadis-hadis di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.
Apa Hikmahnya?
Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.
Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
Kedua, memperbanyak ibadah di malam nishfu Sya’ban
Ulama berselisish pendapat tentang status keutamaan malam nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:
Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah –dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban– mengatakan, “Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satupun hadis shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban’.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, Hal. 33).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan nishfu Sya’ban. Beliau mengatakan, “Terdapat beberapa hadis dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis).” (At Tahdzir min Al Bida’, Hal. 11)
Pendapat kedua, terdapat keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, “…pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…” (Majmu’ Fatawa, 23:123)
Ibn Rajab mengatakan, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…” (Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).
Keterangan lebih lengkap tentang amalan malam nisfu Sya’ban, bisa anda simak di: Shalat Nishfu Sya’ban
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Read more about AQIDAH by www.konsultasisyariah.com

Sumber Tulisan ini :


Fiqih dan Keutamaan Puasa Sya'ban & Nisfu Sya'ban

Hari ini (Kamis, 21/6/12) kita memasuki awal Sya'ban 1433 H. Dengan hadirnya Sya'ban berarti tinggal sebulan lagi kita akan kedatangan tamu istimewa 'syahru Ramadhan'. Sebagai bekal untuk meningkatkan amal ibadah di bulan Sya'ban ini, berikut kami sampaikan kajian seputar Sya'ban.
Tanya:
Saya ingin menanyakan tentang puasa Sya'ban. Berapa harikah yang disunahkan oleh Rasulullah? Apakah baik jika kita puasa sebulan penuh? Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Jawab:
Bulan Sya'ban adalah bulan di saat Nabi Muhammad saw melakukan puasa sunnahnya yang terbanyak. Di bulan-bulan lain, Nabi tidak melakukan puasa (sunnah) sebanyak di bulan Sya'ban. Namun tak ada kejelasan, tepatnya berapa hari yang disunnahkan berpuasa.

Persoalan boleh atau tidak melakukan puasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, itu boleh-boleh saja. Tidak ada dalil yang mengharamkan.

Hanya perlu diketahui ada perbedaan pendapat, antara yang memakruhkan puasa pada paruh kedua (setelah tanggal 15) Sya'ban, ada yang tidak. Perbedaan ini terjadi dikarenakan adanya 2 hadis yang berbeda. Kelompok yang memakruhkan menggunakan hadis: "Tiada puasa setelah separuh dari Sya'ban hingga masuk Ramadan."

Sementara yang tidak memakruhkan mendasarkan pada beberapa hadis (di antaranya):
Diriwayatkan dari Umi Salmah: "Saya tak pernah melihat Rasulullah puasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya'ban dan Ramadan." Dalam redaksi lain: "Tidak pernah Rasulullah melakukan puasa sunnah sebulan penuh kecuali di bulan Sya'ban." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah). Dan dalam redaksinya Ibnu Majah: "Nabi pernah puasa (penuh) di bulan Sya'ban dan Ramadan."

Demikianlah perbedaan itu muncul. Perlu diketahui juga, ada ulama yang menganggap dhaif hadis yang memakruhkan puasa di paruh kedua Sya'ban. Karena ada hadis lain lagi yang melarang puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan. Ini tujuannya untuk menghindari hari "syak" (hari yang mendekati Ramadan, belum diketahui dengan jelas kapan akhir Sya'ban dan awal Ramadan).

Kembali ke persoalan semula, boleh-tidaknya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, pendapat yang membolehkan lebih cocok diikuti. Ini dengan alasan:

  1. Ada hadis yang menunjukkan bolehnya puasa Sya'ban sebulan penuh (seperti tersebut di atas).
  2. Bahwasanya larangan puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan itu untuk menghindari keragua-raguan. Karena pada hari-hari itu sudah dekat awal Ramadan. Padahal puasa Ramadan itu harus jelas niatnya: niat puasa Ramadan.
  3. Masa sekarang ini tidak ada kesulitan lagi untuk mengetahui awal bulan (atau akhir bulan) karena kecanggihan teknologi.

Jadi pada aslinya puasa sebulan penuh di Sya'ban itu tetap disunnahkan. Kalaupun sehari-dua hari di akhir Sya'ban itu tidak diperbolehkan, itu karena untuk menghindari ketidakjelasan. Dengan demikian, jika sudah tahu kapan awal Ramadan, maka tidak apa-apa melakukan puasa sampai akhir Sya'ban.

Hikmah Puasa Sya'ban

Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.

Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)

Malam Nishfu Sya’ban

Ulama berselisish pendapat tentang status keutamaan malam nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:

Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah –dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban– mengatakan, “Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satupun hadis shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban’.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, Hal. 33).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan nishfu Sya’ban. Beliau mengatakan, “Terdapat beberapa hadis dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis).” (At Tahdzir min Al Bida’, Hal. 11)

Pendapat kedua, terdapat keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).

Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, “…pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…” (Majmu’ Fatawa, 23:123)

Ibn Rajab mengatakan, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…” (Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).

Sumber terakhir :

Senin, 02 Juli 2012

Asal usul nama Ngak inguk dan Pucanganom

SEKELUMIT SEJARAH DESA PUCANGANOM DAN LEGENDA DIDALAMNYA
A.   SEJARAH DESA PUCANGANOM
Desa Pucanganom termasuk wilayah Kecamatan Giritontro Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Pada waktu dulu, kecamatan disebut sebagai Asisten Wedana. Pada Tahun 1933, Asisten Wedana Giritontro dijabat oleh Bapak Sumarjuno. Jumlah Desa di wilayah Asisten Wedana atau Kecamatan Giritontro saat itu ada 33 Desa. Dari 33 Desa tersebut, atas prakarsa Bapak Sumarjuno dirampingkan menjadi 15 Desa, salah satunya yaitu Desa Pucanganom.
Desa Pucanganom merupakan hasil penggabungan atau perampingan dari 3 Desa, yaitu :
1.    Desa Banjar, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Banjar.
2.    Desa Sawit, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Pendem.
3.    Desa Ploso, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Ploso.
Hasil musyawarah para tokoh di 3(tiga) Desa tersebut yaitu Desa Banjar, Desa Sawit dan Desa Ploso telah sepakat untuk digabung menjadi  Satu Desa, mengenai nama Desa yang digabung atau dirampingkan tersebut adalah Desa Pucanganom.
Nama Pucanganom diambilkan dari nama pohon yang banyak tumbuh subur di Desa yaitu Pohon Jambe (Pucang), sedangkan Anom berasal dari kata Enom yang berarti Muda.
Selanjutnya pada tahun 1933, Bapak Asisten Wedana yaitu Bapak Sumarjuno mengangkat Bapak Dosemito untuk memegang jabatan sebagai Kepala Desa Pucanganom yang Pertama.
Adapun urutan Kepala Desa dari yang pertama hingga sekarang tahun 2011, yaitu :
1.         Dosemito
2.         Noyo Dikromo
3.         Atmo Dikromo
4.         Karto Rejono
5.         Marto Suparno
6.         Ngadelan
7.         Sutiman
8.         Tumin
Pada saat ini, Desa Pucanganom terdiri dari 17 Dusun, 17 RW dan 49 RT. 17 Dusun di Desa Pucanganom, yaitu :
1.         Dusun Mandeyan
2.         Dusun Grogol
3.         Dusun Sukoroyom Kulon
4.         Dusun Sukoroyom Wetan
5.         Dusun Banjar
6.         Dusun Kuwang
7.         Dusun Tambahsari
8.         Dusun Pucanganom Kidul
9.         Dusun Pucanganom Lor
10.     Dusun Jepurun
11.     Dusun Ploso
12.     Dusun Kepuh
13.     Dusun Sawit Lor
14.     Dusun Sawit Kidul
15.     Dusun Pendem
16.     Dusun Ngak Inguk
17.     Dusun Wates

B.   LEGENDA DUSUN NGAK INGUK & SEKITARNYA
Pada waktu dulu, Dusun Ngak Inguk dan sekitarnya masih merupakan hutan dan belum ada penghuninya. Suatu hari ada satu keluarga yaitu Keluarga Ki Ageng Cabe. Ki Ageng Cabe mulai babat hutan yang konon katanya sekarang adalah Dusun Ngak Inguk dan sekitarnya.
Pada saat babat hutan, Ki Ageng Cabe merasakan ada kejanggalan atau keanehan. Setiap malam hasil babatan bertambah luas. Karena keanehan tersebut, maka Ki Ageng Cabe bersemedi (Topo Pendem = Topo dengan jasad di kubur) dengan maksud untuk mengetahui siapa yang berani ikut babat hutan tersebut, maksud Ki Ageng Cabe dikabulkan oleh yang Maha Kuasa, akhirnya Ki Ageng Cabe tahu siapa yang ikut babat hutan tersebut. Ternyata ada seseorang yang ikut babat hutan yaitu Ki Topuro yang dibantu oleh Jin, jin tersebut bernama Jin Sentolo. Ki Topuro ternyata mempunyai maksud yaitu ingin mempersunting putri Ki Ageng Cabe. Akhirnya keinginan Ki Topuro terkabul, Ki Topuro menjadi menantu Ki Ageng Cabe.
Setelah itu, Ki Ageng Cabe  pergi meninggalkan tempat tersebut, Ki Topuro kemudian mencarinya. Setelah bertemu dengan Ki Ageng Cabe, Ki Topuro disuruh kembali ke hutan yang telah Ki Topuro babat bersama Ki Ageng Cabe, dan supaya menetap di tempat tersebut. Ki Topuro menuruti apa kemauan sang mertua (Ki Ageng Cabe). Ternyata sesampai ditempat yang dimaksud, Ki Topuro kesepian karena jauh dari keramaian. Lihat kanan-lihat kiri (ngak inguk) terjadi suatu keanehan yaitu kumpulan atau tumpukan dahan, ranting, daun hasil babatan berubah menjadi Bangunan masjid yang belum jadi (Ngongrongan Masjid). Walaupun begitu, Ki Topuro tetap menetap di tempat tersebut karena ingat perintah Ki Ageng Cabe. Ki Topuro sempat membuat Belik (Sumur),konon ceritanya hanya dengan menancapkan tongkatnya, yang warga sekitar sekarang menyebutnya Sumur Pucang, karena di lokasi sekitar Sumur banyak tumbuh Pohon Pucang, dan tempat ngongrongan masjid warga sekitar menyebutnya Migit. Hingga akhir hayatnya, Ki Topuro dimakamkan di pemakaman yang namanya pemakaman Gedhong.
Sekarang, Belik (Sumur) Pucang, Migit (lokasi ngongrongan masjid), dan Pemakaman Gedhong terletak di sebelah Timur Dusun Ngak Inguk. Dan lokasi/tempat Topo Pendem, sekarang menjadi Dusun yaitu Dusun Pendem.(Ditulis oleh Tumin, Kades Pucanganom)
Sumber dari : Para Pinisepuh dan sesepuh Dusun Ngak inguk  dan sekitarnya

Ada sumber lain mengatakan bahwa: konon pada jaman perjuangan Raden Mas Said (Sambernyowo), pernah dikejar musuh hingga sampai di wilayah/tempat yang sekarang adalah Dusun Ngak inguk. Singkat cerita begitu pengejaran sampai di wilayah Dusun Ngak inguk, musuh yang mengejar kehilangan jejak sehingga hanya ngak inguk 

Sumber Tulisan :