SEKELUMIT SEJARAH DESA PUCANGANOM DAN LEGENDA DIDALAMNYA
A. SEJARAH DESA PUCANGANOM
Desa
Pucanganom termasuk wilayah Kecamatan Giritontro Kabupaten Wonogiri
Propinsi Jawa Tengah. Pada waktu dulu, kecamatan disebut sebagai Asisten
Wedana. Pada Tahun 1933, Asisten Wedana Giritontro dijabat oleh Bapak
Sumarjuno. Jumlah Desa di wilayah Asisten Wedana atau Kecamatan
Giritontro saat itu ada 33 Desa. Dari 33 Desa tersebut, atas prakarsa
Bapak Sumarjuno dirampingkan menjadi 15 Desa, salah satunya yaitu Desa
Pucanganom.
Desa Pucanganom merupakan hasil penggabungan atau perampingan dari 3 Desa, yaitu :
1. Desa Banjar, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Banjar.
2. Desa Sawit, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Pendem.
3. Desa Ploso, Kepala Desanya berkedudukan di Dusun Ploso.
Hasil
musyawarah para tokoh di 3(tiga) Desa tersebut yaitu Desa Banjar, Desa
Sawit dan Desa Ploso telah sepakat untuk digabung menjadi Satu Desa, mengenai nama Desa yang digabung atau dirampingkan tersebut adalah Desa Pucanganom.
Nama Pucanganom diambilkan dari nama pohon yang banyak tumbuh subur di Desa yaitu Pohon Jambe (Pucang), sedangkan Anom berasal dari kata Enom yang berarti Muda.
Selanjutnya
pada tahun 1933, Bapak Asisten Wedana yaitu Bapak Sumarjuno mengangkat
Bapak Dosemito untuk memegang jabatan sebagai Kepala Desa Pucanganom
yang Pertama.
Adapun urutan Kepala Desa dari yang pertama hingga sekarang tahun 2011, yaitu :
1. Dosemito
2. Noyo Dikromo
3. Atmo Dikromo
4. Karto Rejono
5. Marto Suparno
6. Ngadelan
7. Sutiman
8. Tumin
Pada saat ini, Desa Pucanganom terdiri dari 17 Dusun, 17 RW dan 49 RT. 17 Dusun di Desa Pucanganom, yaitu :
1. Dusun Mandeyan
2. Dusun Grogol
3. Dusun Sukoroyom Kulon
4. Dusun Sukoroyom Wetan
5. Dusun Banjar
6. Dusun Kuwang
7. Dusun Tambahsari
8. Dusun Pucanganom Kidul
9. Dusun Pucanganom Lor
10. Dusun Jepurun
11. Dusun Ploso
12. Dusun Kepuh
13. Dusun Sawit Lor
14. Dusun Sawit Kidul
15. Dusun Pendem
16. Dusun Ngak Inguk
17. Dusun Wates
B. LEGENDA DUSUN NGAK INGUK & SEKITARNYA
Pada
waktu dulu, Dusun Ngak Inguk dan sekitarnya masih merupakan hutan dan
belum ada penghuninya. Suatu hari ada satu keluarga yaitu Keluarga Ki
Ageng Cabe. Ki Ageng Cabe mulai babat hutan yang konon katanya sekarang
adalah Dusun Ngak Inguk dan sekitarnya.
Pada
saat babat hutan, Ki Ageng Cabe merasakan ada kejanggalan atau
keanehan. Setiap malam hasil babatan bertambah luas. Karena keanehan
tersebut, maka Ki Ageng Cabe bersemedi (Topo Pendem = Topo dengan jasad
di kubur) dengan maksud untuk mengetahui siapa yang berani ikut babat
hutan tersebut, maksud Ki Ageng Cabe dikabulkan oleh yang Maha Kuasa,
akhirnya Ki Ageng Cabe tahu siapa yang ikut babat hutan tersebut.
Ternyata ada seseorang yang ikut babat hutan yaitu Ki Topuro yang
dibantu oleh Jin, jin tersebut bernama Jin Sentolo. Ki Topuro ternyata
mempunyai maksud yaitu ingin mempersunting putri Ki Ageng Cabe. Akhirnya
keinginan Ki Topuro terkabul, Ki Topuro menjadi menantu Ki Ageng Cabe.
Setelah itu, Ki Ageng Cabe pergi
meninggalkan tempat tersebut, Ki Topuro kemudian mencarinya. Setelah
bertemu dengan Ki Ageng Cabe, Ki Topuro disuruh kembali ke hutan yang
telah Ki Topuro babat bersama Ki Ageng Cabe, dan supaya menetap di
tempat tersebut. Ki Topuro menuruti apa kemauan sang mertua (Ki Ageng
Cabe). Ternyata sesampai ditempat yang dimaksud, Ki Topuro kesepian
karena jauh dari keramaian. Lihat kanan-lihat kiri (ngak inguk) terjadi
suatu keanehan yaitu kumpulan atau tumpukan dahan, ranting, daun hasil
babatan berubah menjadi Bangunan masjid yang belum jadi (Ngongrongan
Masjid). Walaupun begitu, Ki Topuro tetap menetap di tempat tersebut
karena ingat perintah Ki Ageng Cabe. Ki Topuro sempat membuat Belik
(Sumur),konon ceritanya hanya dengan menancapkan tongkatnya, yang warga
sekitar sekarang menyebutnya Sumur Pucang, karena di lokasi sekitar
Sumur banyak tumbuh Pohon Pucang, dan tempat ngongrongan masjid warga
sekitar menyebutnya Migit. Hingga akhir hayatnya, Ki Topuro dimakamkan
di pemakaman yang namanya pemakaman Gedhong.
Sekarang,
Belik (Sumur) Pucang, Migit (lokasi ngongrongan masjid), dan Pemakaman
Gedhong terletak di sebelah Timur Dusun Ngak Inguk. Dan lokasi/tempat
Topo Pendem, sekarang menjadi Dusun yaitu Dusun Pendem.(Ditulis oleh
Tumin, Kades Pucanganom)
Sumber dari : Para Pinisepuh dan sesepuh Dusun Ngak inguk dan sekitarnya
Ada sumber lain mengatakan bahwa:
konon pada jaman perjuangan Raden Mas Said (Sambernyowo), pernah
dikejar musuh hingga sampai di wilayah/tempat yang sekarang adalah Dusun
Ngak inguk. Singkat cerita begitu pengejaran sampai di wilayah Dusun
Ngak inguk, musuh yang mengejar kehilangan jejak sehingga hanya ngak inguk
Sumber Tulisan :
3 komentar:
Sejarah atau legenda asal usul nama dusun Ngak inguk tersebut saya kira masih perlu diteliti secara ilmiah lebih lanjut untuk mendapatkan fakta yang akurat dan valid. Bagi para pembaca posting ini agar dapat memberi masukan yang lebih akurat agar kelak dapat dipakai sebagai referensi studi ilmiah bagi yang membutuhkan, terima kasih.
Sejarah deso ngak-inguk diposting, tinggal deso2 liyane sing sekitar pucanganom, koyoto Mandeyan sing terkenal mergo tukan pande (gawe arit lan pacul) grogol (tegalan sing bekas di goli rung iso di tanduri opo-opo) sukoroyom (kahanan wargo sing tansah suko (bungah) lang tenang (eyom). tambah sari (deso tambahan sing asline pecahan soko deso liyo mergo podo mbangun omah eneng pinggiran soyo ombo lan sak panunggalane
Desa ngak inguk adlh kampung halaman ku yg senantiasa indah dan mempesonaa
Posting Komentar